INHU,(LIPUTANREDAKSI.COM) – Raja Narasinga II merupakan Sultan keempat Kerajaan Indragiri. Sosok yang bernama asli Paduka Maulana Sri Sultan Alaudin Iskandarsyah Johan Zirullah Fil Alam tersebut merupakan pahlawan di semenanjung Sumatera dan Malaysia yang turut andil dalam mengusir penjajah Portugis.
Raja Narasinga II kini disemayamkan di Desa Kota Lama, Kecamatan Rengat Barat Kabupaten Indragiri, Riau. Penduduk di daerah itu memang dikenal sebagai wilayah keturunan para raja. Dalam sejarahnya, Raja Narasinga II berperang dan berjuang merebut kota Malaka dari kekuasaan kerajaan Portugis di bawah komando Jenderal Verdicho Marlos sebagai panglima perangnya.
“Tak sebentar, peperangan antara Raja Narasinga II dengan Portugis berlangsung selama 20 tahun antara tahun 1511 sampai 1532,” ujar Staf Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah IV Riau dan Kepri (Tenaga Ahli Cagar Budaya) Kabupaten Indragiri, Saharan kepada Media Center Riau, pada Jumat (10/11/2023).
Akhirnya, peperangan dimenangkan Raja Narasinga II karena berhasil menaklukkan seorang pimpinan perang Portugis bernama Jenderal Verdicho Marloce. Ia merupakan panglima perang Portugis yang memiliki otak pintar. Namun, saat perang melawan Raja Narasinga II di Selat Malaka yang dikenal dengan perang Teluk Ketapang sekitar Abad ke 15, Jenderal Verdicho dan anak buahnya kalah dan menjadi tawanan perang.
“Pada perang itu dimenangkan oleh Raja Narasinga II, sementara Jenderal Verdicho menjadi tawanan perang raja Narasinga, hingga akhirnya dimanfaatkan menjadi menteri di kerajaan Indragiri karena kepintarannya,” kata pria berusia 57 tahun itu.
Hari-harinya Jenderal Verdicho mendampingi Raja Narasinga II dalam menjalankan kepemimpinannya. Keduanya memiliki beda keyakinan, Verdicho bergama Nasrani sedangkan Raja Narasinga II seorang Muslim.
Raja Narasinga II bersama istrinya Putri Dang Purnama dikenal sebagai pemimpin yang arif dan bijaksana. Rakyat sejahtera dan hidup tenteram di bawah pimpinan yang berbeda agama. Seiring berjalannya waktu, Raja Narasinga II meninggal lebih dulu daripada Jenderal Verdicho. Kemudian, jenazah Jenderal Verdicho dimakamkan bersebelahan dengan Raja Narasinga II, sejajar dengan para menteri lainnya.
“Dilihat dari jenis batu nisannya, Raja Narasinga II lebih dahulu wafat, kemudian disusul Jenderal Verdicho Marlos. Sehingga diberikan sebuah penghormatan kepada Jenderal Verdicho dimakamkan di sebelah makam Raja Narasinga II, sejajar dengan para menteri lainnya,” ungkap Saharan kepada Media Center Riau.
Artinya, Narasinga II memegang teguh kebijakan kerukunan antar umat beragama, karena tidak pernah memaksakan Jenderal Verdicho untuk pindah agama. Raja Narasinga II merupakan sultan yang ke IV. Namun, dia merupakan Sultan pertama di Indragiri.
“Tiga sultan sebelumnya posisinya tidak di Indragiri namun tinggal dan menetap di Malaka, sedangkan Raja Narasinga II inilah Sultan Indragiri pertama yang menetap di Indragiri. Makanya disebut Sultan Indragiri yang pertama,” jelas Saharan.
Raja Narasinga II juga menyebarkan syiar agama Islam di wilayah kekuasaannya. Saat itu belum terbentuk negara Indonesia dan Malaysia. Jika dilihat peta sekarang, wilayah kekuasaan Raja Narasinga II meliputi Malaka Raya termasuk Malaysia dan Riau, yang dibuktikan dengan munculnya kerajaan Sijori (Singapore Johor Riau) di Daek Lingga, Kepulauan Riau.
“Jenderal Verdicho Marloce beragama Nasrani, namun mengabdikan diri kepada Raja Narasinga II yang notabene beragama Islam. Artinya Jenderal Verdicho mengabdi pada Islam, namun tetap pada agamanya hingga akhir hayatnya,” ucap Saharan.